Permasalahan yang berhubungan dengan haid seringkali membuat kita, para wanita, cemas. Apakah haid kita normal, perlu pengobatan, atau bahkan merupakan masalah serius yang membutuhkan penanganan lebih lanjut. Untuk mengobati kecemasan ini, kita perlu sedikit mengenal seluk-beluk gangguan yang berhubungan dengan haid, atau tepatnya pendarahan pervaginam lainnya yang mungkin sedang kita alami.
Gangguan haid terbagi menjadi dua macam, yaitu:
1. Gangguan ritme. Gangguan ini terbagi lagi menjadi beberapa macam, yaitu: gangguan yang sering terjadi (polimenorea), jarang terjadi (oligomenorea), terjadinya tidak teratur dan tidak terjadi haid sama sekali (amenorea).
2. Gangguan pendarahan. Gangguan ini terbagi menjadi beberapa macam juga, yaitu: sedikit pendarahan (hipomenorea), banyak pendarahan (hiperme¬norea), pendarahan yang terlalu lama (menoragia) dan pendarahan bercak (spotting). Timbulnya gangguan pendarahan menunjukkan adanya gangguan organik (anatomis) atau gangguan endokronologik (hormonal).
Klasifikasi Gangguan Haid
Gangguan haid dapat diklasifikasikan menjadi beberapa jenis:
A. Ditinjau dari banyaknya darah yang keluar:
1. Normal (2-5 pembalut per hari)
2. Hipermenorea/pendarahan banyak (>5 pembalut per hari)
3. Hipomenorea/pendarahan sedikit (< 2 pembalut per hari)
4. Spotting (bercak)
B. Ditinjau dari lamanya pendarahan:
1. Normal (selama 3-6 hari)
2. Menoragia (selama > 6 hari)
3. Brakimenorea (selama < 3 hari)
4. Premenstrual spotting
5. Pascamenstrual spotting
C. Ditinjau dari siklusnya:
1. Eumenorea/normal (setiap 25-31 hari sekali)
2. Polimenorea/terlalu sering (setiap < 25 hari sekali)
3. Oligomenorea/terlalu jarang (setiap > 31 hari sekali)
4. Amenorea/tidak ada pendarahan
5. Haid tidak teratur/pendarahan interval
6. Spotting pertengahan siklus
Dismenorea
Dismenorea adalah nyeri haid yang timbul menjelang atau selama haid. Dikatakan nyeri haid (dismenorea) bila nyeri yang ditimbulkan sampai membuat wanita tidak dapat bekerja dan harus tidur. Nyeri yang terjadi seringnya bersamaan dengan rasa mual, sakit kepala, perasaan mau pingsan dan mudah marah. Nyeri tersebut dirasakan oleh wanita pada bagian perut dan terasa sangat sakit (kolik).
Dismenorea dibagi dalam dua macam, yaitu: dismenorea primer dan dismenorea sekunder. Dismenorea primer adalah nyeri yang muncul segera setelah menars (sejak pertama mengalami haid), sedangkan dismenorea sekunder nyeri yang muncul setelah beberapa bulan mengalami masa haid.
Penyebab:
Penyebab pasti dari dismenorea primer belum bisa diketahui. Akan tetapi, diduga faktor psikis dalam hal ini sangat berperan terhadap timbulnya nyeri. Dis¬menorea primer umumnya dijumpai pada wanita dengan siklus haid berovulasi. Pada fase sekresi dijumpai kadar prostaglandin yang tinggi dalam endometrium.
Faktor yang paling sering menyebabkan terjadinya dismenorea sekunder adalah karena endome¬triosis (tumbuhnya jaringan endometrium di luar endometrium) dan infeksi kronik genitalia interna. Wanita yang mengalami endo¬metriosis biasanya sering merasakan nyeri ketika bersenggama dan buang air besar, bahkan biasanya juga sulit untuk mendapatkan anak (infertil). Kadang-kadang pada wanita ter¬tentu dijumpai endometriosis di paru, mata, dan di pusar. Setiap mengalami haid, wanita tersebut akan mengeluarkan darah dari paru-paru, mata atau dari pusar.
Diagnosis dapat dibuat dari keluhan-keluhan yang ada, yang mana biasanya selalu berhubungan dengan haid. Pada kasus dugaan terhadap endometriosis atau infeksi kronik diperlukan laparoskopi diagnostik.
Pengobatan:
Ada beberapa pengobatan yang bisa dilakukan sesuai dengan kondisi wanita yang terkena dimenorea, di antaranya:
1. Jika wanita tersebut mengalami kelainan organik maka cara pengobatannya adalah dengan menghilangkan kelainan organik tersebut terlebih dahulu, kemudian dilakukan pengobatan sesuai dengan kelainan organik yang ada.
2. Jika dimenorea terjadi pada wanita yang masih berusia muda maka pengobatan bisa dilakukan dengan obat-obatan spasmolitik atau anal¬gesik terlebih dahulu.
3. Jika wanita mengalami dismenorea primer, yang mana penyebabnya adalah karena kadar prostaglandin yang terlalu tinggi dan terjadi pada siklus haid yang berovulasi, maka pengobatannya adalah dengan antiprostaglandin dan terapi hormon progesteron untuk mencegah ovulasi sesuai dengan petunjuk dokter kandungan.
4. Jika wanita mengalami dismenorea sekunder, yang mana penyebabnya adalah karena endometriosis dan infeksi kronik, maka pengobatannya adalah dengan penyembuhan terhadap infeksi yang ada.
Sindrom Prahaid
Pada wanita usia reproduksi, tidak jarang ditemukan keluhan-¬keluhan sebelum haid. Keluhan-keluhan tersebut misalnya: mudah lelah, mudah marah (tersinggung), perasaan tertekan (depresi), sakit kepala (migren), mata berkunang-kunang, kaki bengkak, rasa tidak enak di perut, nyeri pada payudara.
Penyebab:
Penyebab dari kelainan ini belum diketahui secara pasti, masih berupa dugaan. Diduga kelainan ini disebabkan oleh meningkatnya hor¬mon prolaktin atau karena pengaruh hormon estrogen yang berlebihan.
Kelainan ini sering dijumpai pada wanita yang keadaan psikisnya labil dan postur tubuhnya kurus. Diagnosis terhadap kelainan ini dapat dilakukan dengan 2 cara:
(a) Dilihat dari keluhan yang timbul sejak 8-12 hari sebelum haid.
(b) Dengan pemeriksaan hormon prolaktin dan estrogen.
Pengobatan:
a. Untuk mencegah efek estrogen yang berlebihan bisa diberikan progesteron sesuai petunjuk dokter.
b. Pada kadar prolaktin yang tinggi bisa diberikan bromokriptin atas petunjuk dokter.
Pendarahan Uterus DisfungsionaI (PUD)
PUD adalah pendarahan uterus abnormal (jumlah, frekuensi, dan lamanya) yang terjadi baik di dalam maupun di luar siklus haid, yang semata-mata disebabkan oleh gangguan fungsional mekanisme kerja hipotalamus-hipofisis-ovarium-endometrium tanpa ada kelainan organik alat reproduksi. PUD paling banyak dijumpai pada usia perimenars dan usia perimenopause.
PUD pada usia perimenars
Usia perimenars adalah usia sejak terjadinya menars hingga memasuki usia reproduksi, yang biasanya berlangsung selama 3 sampai 5 tahun setelah menars dan ditandai dengan siklus haid yang tidak teratur, baik lama maupun jumlah darahnya. Gangguan haid yang terjadi pada usia ini tidak memerlukan pengobatan khusus, kecuali jika pendarahan tersebut sampai menyebabkan anemia atau sampai terjadi amenorea.
Penyebab:
Pada jenis kelainan ini, jarang sekali dijumpai kelainan organik. Yang paling mungkin menjadi penyebabnya adalah gangguan faktor pembekuan darah dan gangguan psikis.
Diagnostik:
Suhu basal badan atau pemeriksaan hormon FSH dan LH.
Pengobatan:
Perlu diketahui bahwa pada usia perimenars jarang terjadi ovu¬lasi. Jadi, siklus haidnya bersifat anovulatorik, yang mana hampir dapat dipastikan bahwa tanpa diobati pun ovulasi akan terjadi secara spontan.
Kapan pengobatan hormonal perlu dilakukan?
Pengobatan hormonal perlu dilakukan jika:
1. tidak dijumpai kelainan organik maupun kelainan darah,
2. gangguan yang terjadi sampai 6 bulan lamanya,
3. dua tahun setelah menars belum juga dijumpai siklus haid yang berovulasi,
4. pendarahan yang terjadi sampai membuat keadaan umum menjadi jelek.
Pengobatan:
Pengobatan untuk kelainan ini bisa dilakukan dengan terapi hormonal sesuai petunjuk dokter dan perlu pengawasan sampai 6 bulan lebih.
PUD pada usia perimenopause
Perimenopause adalah usia antara masa pramenopause dan pascamenopause, yaitu sekitar menopause (usia 40−52 tahun).
Jika ada seseorang yang mengalami pendarahan atau gangguan haid pada usia peri¬menopause, maka yang harus dicurigai adalah adanya keganasan uterus (rahim). Oleh karena itu, pada kasus seperti ini harus dilakukan tindakan dilatasi dan kuretase terlebih dahulu. Bila hasil pemeriksaan patologi anatomik menunjukkan adanya suatu hiperplasia endometrium (kistik/adenometosa), maka bisa dilakukan pengobatan hormonal terlebih dahulu sesuai anjuran dokter. Pengobatan pada umumnya berlangsung sampai 6 bulan. Setiap 3 bulan sekali harus dilakukan mikrokuret. Bila hasil mikrokuret tidak menunjukkan adanya perubahan terhadap pengobatan dengan hormon, maka lebih baik dianjurkan untuk melakukan histerektomi (pengangkatan rahim).
Hipermenorea
Hipermenorea adalah pendarahan dengan jumlah darah banyak, berlangsung selama 6−7 hari, dan melakukan pergantian pembalut sebanyak 5−6 kali per hari yang setiap pembalutnya basah seluruhnya.
Penyebab:
• Bisa berupa kelainan pada uterus (rahim), seperti mioma (tumor), uterus hipoplasia, dan lain-lain; atau terdapat infeksi pada genitalia interna (organ reproduksi bagian dalam).
• Kelainan darah.
• Gangguan fungsional (ganguan endokrinologik/hormonal).
Diagnosis:
Pada setiap wanita yang berusia 35 tahun harus dilakukan kuretase diagnostik untuk menyingkirkan adanya keganasan.
Pengobatan:
Bila dijumpai kelainan organik, tentu dengan sendirinya penye¬babnya dapat dihilangkan. Pada kelainan hormonal dapat diberikan be¬berapa jenis terapi hormon, dan jika memungkinkan bisa dilakukan pemeriksaan hormon FSH, LH dan PRL.
Hipomenorea
Hipomenorea adalah pendarahan dengan jumlah darah sedikit, melakukan pergantian pembalut sebanyak 1-2 kali per hari, dan berlangsung selama 1-2 hari saja.
Penyebab:
Penyebab kelainan ini adalah kekurangan hormon estrogen atau progesteron.
Pengobatan:
Bila siklus haid berovulasi maka tidak perlu dilakukan pengobatan apa pun. Metroragia Pendarahan yang terjadi pada seorang wanita yang tidak berhubungan dengan siklus haid.
Penyebabnya:
Penyebab pendarahan ini adalah kelainan organik atau kelainan endokrinologik.
Pengobatan:
Untuk kelainan yang sifatnya organik, pengobatannya sesuai dengan jenis penyebabnya. Jika terdapat kelainan hormonal, diberikan kombinasi estrogen dan progesteron dengan aturan sesuai petunjuk dokter. Menoragia Pendarahan siklik yang berlangsung lebih dari 7 hari (haid yang memanjang), dengan jumlah darah kadang-kadang cukup banyak.
Penyebab:
Mirip dengan hipermenorea. Pengobatan: Sama dengan prinsip pengobatan pada hipermenorea.
Pendarahan Prahaid dan Pascahaid
a. Pendarahan Prahaid Pendarahan yang terjadi 3-4 hari sebelum haid, berupa pendarahan bercak (spotting).
Penyebab:
Penyebabnya diduga karena penurunan kadar estrogen prahaid. Dan perlu juga dicurigai adanya polip serviks, atau erosi porsio.
Pengobatan:
Ada beberapa cara pengobatan hormonal, yaitu dengan pemberian estrogen, progesteron, atau pil KB sesuai aturan dan pengawasan dokter.
b. Pendarahan Pascahaid Pendarahan ini biasanya berlangsung sampai 7 hari.
Penyebab:
Terjadi keterlambatan dalam pelepasan endometrium, atau ter¬dapat gangguan reepitelisasi (pembentukan kembali lapisan permukaan) endometrium. Dalam endometrium sering dijumpai adanya infiltrasi limfosit atau leukosit (sel-sel darah putih).
Diagnosis:
Vaginal sitologi, histologi endometrium atau pemeriksaan hor¬monal dengan cara RIA. Pada wanita usia di atas 35 tahun perlu dilakukan dilatasi dan kuretase bertingkat untuk menyingkirkan keganasan. Untuk mengetahui berbagai jenis kelainan organik dan ciri-cirinya secara khusus, insya Alloh akan kita bahas pada edisi berikutnya.
Referensi:
ENDOKRINOLOGI GINEKOLOGI, Dr. Med Ali Baziad (Sub Bagian Endokrinologi Reproduksi Bagian Obstetri Ginekologi FKUI) dan dr. Zain Alkaff (Sub Bagian Endokrinologi Reproduksi Bagian Obstetri Ginekologi RSUP dr. Sardjito Yogyakarta), Kelompok Studi Endokrinologi Reproduksi Indonesia, Jakarta: 1993
Gangguan haid terbagi menjadi dua macam, yaitu:
1. Gangguan ritme. Gangguan ini terbagi lagi menjadi beberapa macam, yaitu: gangguan yang sering terjadi (polimenorea), jarang terjadi (oligomenorea), terjadinya tidak teratur dan tidak terjadi haid sama sekali (amenorea).
2. Gangguan pendarahan. Gangguan ini terbagi menjadi beberapa macam juga, yaitu: sedikit pendarahan (hipomenorea), banyak pendarahan (hiperme¬norea), pendarahan yang terlalu lama (menoragia) dan pendarahan bercak (spotting). Timbulnya gangguan pendarahan menunjukkan adanya gangguan organik (anatomis) atau gangguan endokronologik (hormonal).
Klasifikasi Gangguan Haid
Gangguan haid dapat diklasifikasikan menjadi beberapa jenis:
A. Ditinjau dari banyaknya darah yang keluar:
1. Normal (2-5 pembalut per hari)
2. Hipermenorea/pendarahan banyak (>5 pembalut per hari)
3. Hipomenorea/pendarahan sedikit (< 2 pembalut per hari)
4. Spotting (bercak)
B. Ditinjau dari lamanya pendarahan:
1. Normal (selama 3-6 hari)
2. Menoragia (selama > 6 hari)
3. Brakimenorea (selama < 3 hari)
4. Premenstrual spotting
5. Pascamenstrual spotting
C. Ditinjau dari siklusnya:
1. Eumenorea/normal (setiap 25-31 hari sekali)
2. Polimenorea/terlalu sering (setiap < 25 hari sekali)
3. Oligomenorea/terlalu jarang (setiap > 31 hari sekali)
4. Amenorea/tidak ada pendarahan
5. Haid tidak teratur/pendarahan interval
6. Spotting pertengahan siklus
Dismenorea
Dismenorea adalah nyeri haid yang timbul menjelang atau selama haid. Dikatakan nyeri haid (dismenorea) bila nyeri yang ditimbulkan sampai membuat wanita tidak dapat bekerja dan harus tidur. Nyeri yang terjadi seringnya bersamaan dengan rasa mual, sakit kepala, perasaan mau pingsan dan mudah marah. Nyeri tersebut dirasakan oleh wanita pada bagian perut dan terasa sangat sakit (kolik).
Dismenorea dibagi dalam dua macam, yaitu: dismenorea primer dan dismenorea sekunder. Dismenorea primer adalah nyeri yang muncul segera setelah menars (sejak pertama mengalami haid), sedangkan dismenorea sekunder nyeri yang muncul setelah beberapa bulan mengalami masa haid.
Penyebab:
Penyebab pasti dari dismenorea primer belum bisa diketahui. Akan tetapi, diduga faktor psikis dalam hal ini sangat berperan terhadap timbulnya nyeri. Dis¬menorea primer umumnya dijumpai pada wanita dengan siklus haid berovulasi. Pada fase sekresi dijumpai kadar prostaglandin yang tinggi dalam endometrium.
Faktor yang paling sering menyebabkan terjadinya dismenorea sekunder adalah karena endome¬triosis (tumbuhnya jaringan endometrium di luar endometrium) dan infeksi kronik genitalia interna. Wanita yang mengalami endo¬metriosis biasanya sering merasakan nyeri ketika bersenggama dan buang air besar, bahkan biasanya juga sulit untuk mendapatkan anak (infertil). Kadang-kadang pada wanita ter¬tentu dijumpai endometriosis di paru, mata, dan di pusar. Setiap mengalami haid, wanita tersebut akan mengeluarkan darah dari paru-paru, mata atau dari pusar.
Diagnosis dapat dibuat dari keluhan-keluhan yang ada, yang mana biasanya selalu berhubungan dengan haid. Pada kasus dugaan terhadap endometriosis atau infeksi kronik diperlukan laparoskopi diagnostik.
Pengobatan:
Ada beberapa pengobatan yang bisa dilakukan sesuai dengan kondisi wanita yang terkena dimenorea, di antaranya:
1. Jika wanita tersebut mengalami kelainan organik maka cara pengobatannya adalah dengan menghilangkan kelainan organik tersebut terlebih dahulu, kemudian dilakukan pengobatan sesuai dengan kelainan organik yang ada.
2. Jika dimenorea terjadi pada wanita yang masih berusia muda maka pengobatan bisa dilakukan dengan obat-obatan spasmolitik atau anal¬gesik terlebih dahulu.
3. Jika wanita mengalami dismenorea primer, yang mana penyebabnya adalah karena kadar prostaglandin yang terlalu tinggi dan terjadi pada siklus haid yang berovulasi, maka pengobatannya adalah dengan antiprostaglandin dan terapi hormon progesteron untuk mencegah ovulasi sesuai dengan petunjuk dokter kandungan.
4. Jika wanita mengalami dismenorea sekunder, yang mana penyebabnya adalah karena endometriosis dan infeksi kronik, maka pengobatannya adalah dengan penyembuhan terhadap infeksi yang ada.
Sindrom Prahaid
Pada wanita usia reproduksi, tidak jarang ditemukan keluhan-¬keluhan sebelum haid. Keluhan-keluhan tersebut misalnya: mudah lelah, mudah marah (tersinggung), perasaan tertekan (depresi), sakit kepala (migren), mata berkunang-kunang, kaki bengkak, rasa tidak enak di perut, nyeri pada payudara.
Penyebab:
Penyebab dari kelainan ini belum diketahui secara pasti, masih berupa dugaan. Diduga kelainan ini disebabkan oleh meningkatnya hor¬mon prolaktin atau karena pengaruh hormon estrogen yang berlebihan.
Kelainan ini sering dijumpai pada wanita yang keadaan psikisnya labil dan postur tubuhnya kurus. Diagnosis terhadap kelainan ini dapat dilakukan dengan 2 cara:
(a) Dilihat dari keluhan yang timbul sejak 8-12 hari sebelum haid.
(b) Dengan pemeriksaan hormon prolaktin dan estrogen.
Pengobatan:
a. Untuk mencegah efek estrogen yang berlebihan bisa diberikan progesteron sesuai petunjuk dokter.
b. Pada kadar prolaktin yang tinggi bisa diberikan bromokriptin atas petunjuk dokter.
Pendarahan Uterus DisfungsionaI (PUD)
PUD adalah pendarahan uterus abnormal (jumlah, frekuensi, dan lamanya) yang terjadi baik di dalam maupun di luar siklus haid, yang semata-mata disebabkan oleh gangguan fungsional mekanisme kerja hipotalamus-hipofisis-ovarium-endometrium tanpa ada kelainan organik alat reproduksi. PUD paling banyak dijumpai pada usia perimenars dan usia perimenopause.
PUD pada usia perimenars
Usia perimenars adalah usia sejak terjadinya menars hingga memasuki usia reproduksi, yang biasanya berlangsung selama 3 sampai 5 tahun setelah menars dan ditandai dengan siklus haid yang tidak teratur, baik lama maupun jumlah darahnya. Gangguan haid yang terjadi pada usia ini tidak memerlukan pengobatan khusus, kecuali jika pendarahan tersebut sampai menyebabkan anemia atau sampai terjadi amenorea.
Penyebab:
Pada jenis kelainan ini, jarang sekali dijumpai kelainan organik. Yang paling mungkin menjadi penyebabnya adalah gangguan faktor pembekuan darah dan gangguan psikis.
Diagnostik:
Suhu basal badan atau pemeriksaan hormon FSH dan LH.
Pengobatan:
Perlu diketahui bahwa pada usia perimenars jarang terjadi ovu¬lasi. Jadi, siklus haidnya bersifat anovulatorik, yang mana hampir dapat dipastikan bahwa tanpa diobati pun ovulasi akan terjadi secara spontan.
Kapan pengobatan hormonal perlu dilakukan?
Pengobatan hormonal perlu dilakukan jika:
1. tidak dijumpai kelainan organik maupun kelainan darah,
2. gangguan yang terjadi sampai 6 bulan lamanya,
3. dua tahun setelah menars belum juga dijumpai siklus haid yang berovulasi,
4. pendarahan yang terjadi sampai membuat keadaan umum menjadi jelek.
Pengobatan:
Pengobatan untuk kelainan ini bisa dilakukan dengan terapi hormonal sesuai petunjuk dokter dan perlu pengawasan sampai 6 bulan lebih.
PUD pada usia perimenopause
Perimenopause adalah usia antara masa pramenopause dan pascamenopause, yaitu sekitar menopause (usia 40−52 tahun).
Jika ada seseorang yang mengalami pendarahan atau gangguan haid pada usia peri¬menopause, maka yang harus dicurigai adalah adanya keganasan uterus (rahim). Oleh karena itu, pada kasus seperti ini harus dilakukan tindakan dilatasi dan kuretase terlebih dahulu. Bila hasil pemeriksaan patologi anatomik menunjukkan adanya suatu hiperplasia endometrium (kistik/adenometosa), maka bisa dilakukan pengobatan hormonal terlebih dahulu sesuai anjuran dokter. Pengobatan pada umumnya berlangsung sampai 6 bulan. Setiap 3 bulan sekali harus dilakukan mikrokuret. Bila hasil mikrokuret tidak menunjukkan adanya perubahan terhadap pengobatan dengan hormon, maka lebih baik dianjurkan untuk melakukan histerektomi (pengangkatan rahim).
Hipermenorea
Hipermenorea adalah pendarahan dengan jumlah darah banyak, berlangsung selama 6−7 hari, dan melakukan pergantian pembalut sebanyak 5−6 kali per hari yang setiap pembalutnya basah seluruhnya.
Penyebab:
• Bisa berupa kelainan pada uterus (rahim), seperti mioma (tumor), uterus hipoplasia, dan lain-lain; atau terdapat infeksi pada genitalia interna (organ reproduksi bagian dalam).
• Kelainan darah.
• Gangguan fungsional (ganguan endokrinologik/hormonal).
Diagnosis:
Pada setiap wanita yang berusia 35 tahun harus dilakukan kuretase diagnostik untuk menyingkirkan adanya keganasan.
Pengobatan:
Bila dijumpai kelainan organik, tentu dengan sendirinya penye¬babnya dapat dihilangkan. Pada kelainan hormonal dapat diberikan be¬berapa jenis terapi hormon, dan jika memungkinkan bisa dilakukan pemeriksaan hormon FSH, LH dan PRL.
Hipomenorea
Hipomenorea adalah pendarahan dengan jumlah darah sedikit, melakukan pergantian pembalut sebanyak 1-2 kali per hari, dan berlangsung selama 1-2 hari saja.
Penyebab:
Penyebab kelainan ini adalah kekurangan hormon estrogen atau progesteron.
Pengobatan:
Bila siklus haid berovulasi maka tidak perlu dilakukan pengobatan apa pun. Metroragia Pendarahan yang terjadi pada seorang wanita yang tidak berhubungan dengan siklus haid.
Penyebabnya:
Penyebab pendarahan ini adalah kelainan organik atau kelainan endokrinologik.
Pengobatan:
Untuk kelainan yang sifatnya organik, pengobatannya sesuai dengan jenis penyebabnya. Jika terdapat kelainan hormonal, diberikan kombinasi estrogen dan progesteron dengan aturan sesuai petunjuk dokter. Menoragia Pendarahan siklik yang berlangsung lebih dari 7 hari (haid yang memanjang), dengan jumlah darah kadang-kadang cukup banyak.
Penyebab:
Mirip dengan hipermenorea. Pengobatan: Sama dengan prinsip pengobatan pada hipermenorea.
Pendarahan Prahaid dan Pascahaid
a. Pendarahan Prahaid Pendarahan yang terjadi 3-4 hari sebelum haid, berupa pendarahan bercak (spotting).
Penyebab:
Penyebabnya diduga karena penurunan kadar estrogen prahaid. Dan perlu juga dicurigai adanya polip serviks, atau erosi porsio.
Pengobatan:
Ada beberapa cara pengobatan hormonal, yaitu dengan pemberian estrogen, progesteron, atau pil KB sesuai aturan dan pengawasan dokter.
b. Pendarahan Pascahaid Pendarahan ini biasanya berlangsung sampai 7 hari.
Penyebab:
Terjadi keterlambatan dalam pelepasan endometrium, atau ter¬dapat gangguan reepitelisasi (pembentukan kembali lapisan permukaan) endometrium. Dalam endometrium sering dijumpai adanya infiltrasi limfosit atau leukosit (sel-sel darah putih).
Diagnosis:
Vaginal sitologi, histologi endometrium atau pemeriksaan hor¬monal dengan cara RIA. Pada wanita usia di atas 35 tahun perlu dilakukan dilatasi dan kuretase bertingkat untuk menyingkirkan keganasan. Untuk mengetahui berbagai jenis kelainan organik dan ciri-cirinya secara khusus, insya Alloh akan kita bahas pada edisi berikutnya.
Referensi:
ENDOKRINOLOGI GINEKOLOGI, Dr. Med Ali Baziad (Sub Bagian Endokrinologi Reproduksi Bagian Obstetri Ginekologi FKUI) dan dr. Zain Alkaff (Sub Bagian Endokrinologi Reproduksi Bagian Obstetri Ginekologi RSUP dr. Sardjito Yogyakarta), Kelompok Studi Endokrinologi Reproduksi Indonesia, Jakarta: 1993